William Traynor, sebelum bertemu dengan Louisa Clark, adalah seorang pria tampan berbadan tegap dan atletis, anak tunggal dari keluarga kaya dan terpandang, memiliki pekerjaan di bank dan seorang kekasih yang sangat cantik berambut pirang. Will pergi berolahraga setiap waktu, seperti hiking di pegunungan Alpen atau terjun bebas dari tebing di laut dan merekam kegiatannya itu, bahkan beberapa majalah menulis artikel tentang dirinya. Yang pasti Will bangga dengan kehidupannya. Namun suatu pagi kemalangan menimpa dirinya. Hari itu hujan turun dan kekasih Will melarangnya untuk naik sepeda motor saat akan berangkat kerja, maka Will berencana naik taksi. Saat menyeberang, Will tidak melihat ada sepeda motor dari arah berlawanan dan kecelakaan itu pun terjadi. Will masih hidup, namun dia terkena cidera tulang belakang yang sangat parah sehingga lumpuh dari dada hingga kebawah. Kelumpuhan ini membuatnya rentan terkena bakteri dan menumbuhkan beberapa penyakit yang membuatnya kesakitan sepanjang waktu, Will bahkan telah terjangkit pneumonia sebanyak empat kali dalam dua tahun. Yang pasti Will saat ini hidupnya sangat menderita.
Louisa Clark, sebelum bertemu dengan Will Traynor, adalah seorang wanita yang ceria dan sedikit cerewet dengan selera berbusana yang unik, dia mengkoleksi sepatu bercorak warna-warni dan ingin sekali memiliki legging warna kuning hitam lebah seperti yang dulu dimilikinya saat masih kecil. Lou diberhentikan dari pekerjaannya di sebuah cafe dan harus mencari pekerjaan baru untuk membantu menghidupi ayah, ibu dan kakeknya. Ayahnya sulit mendapatkan pekerjaan, sedangkan keluarganya sangat membutuhkan uang. Lou memiliki Patrick yang telah bersamanya selama tujuh tahun, namun kekasihnya itu adalah orang yang mendedikasikan perhatiannya untuk pekerjaannya, sehingga Lou kadang diabaikan. Lou mendapatkan pekerjaan sebagai pengasuh Will Traynor di Job Center. Merasa pekerjaan itu cocok untuknya karena tidak membutuhkan keahlian khusus dan bayarannya juga cukup besar.
Awalnya Will tidak menyukai ada pengasuh di dekatnya, apalagi yang cerewet seperti Lou, maka Will sering mengusir Lou dari kamarnya. Lou jadi tidak punya sesuatu yang bisa dilakukan, dan hari-harinya di rumah Will seperti di neraka, tapi dia tidak punya pilihan lain, keluarganya benar-benar sedang kesulitan uang. Suatu hari, tanpa sengaja Lou mendengar orang tua Will bertengkar mengenai keputusan anaknya untuk pergi ke Swiss dan melakukan euthanasia, yaitu suatu keputusan yang dilakukan penderita penyakit tertentu untuk membunuh dirinya sendiri tanpa rasa sakit. Hal tersebut dilakukan Will bukan tanpa alasan, kelumpuhannya yang menyerang tulang belakang benar-benar tidak dapat disembuhkan, walaupun Will sudah menjalani terapi dan latihan, tetap saja tidak akan ada kemajuan, karena belum ada teknologi yang mampu menyembuhkannya. Jika tidak memilih euthanasia, Will akan menghabiskan hidupnya hanya dengan duduk atau berbaring, tanpa bisa menggerakkan tangan dan kakinya. Karena Will menyadari bahwa hingga akhir hidupnya, dia akan terus kesakitan dan menderita.
Setelah berkonsultasi dengan adiknya, Lou memilih untuk bertahan pada pekerjaannya dan membantu Will menjalani hari-hari di akhir hidupnya dengan bahagia, malah Lou sangat berharap dia dapat merubah keputusan Will untuk mengakhiri hidup. Sedikit demi sedikit, Will mulai menyukai Lou dan bahagia karena ada Lou di dekatnya. Kemudian Lou mengajak Will dan perawatnya yang bernama Nathan, untuk pergi berlibur ke Mauritius. Patrick tidak menyukai ide ini, dan keduanya pun memilih untuk mengistirahatkan hubungan mereka sejenak. Sementara itu di Mauritius, Will dan Lou memang memiliki hubungan yang romantis, tapi hal tersebut tidak merubah keputusan Will untuk melakukan euthanasia, karena menurut Will dia bukanlah pria yang sempurna dan tidak mampu memberikan apapun bagi Lou, entah kepuasan jiwa maupun raga. Will meminta Lou untuk tetap menemaninya hingga ke Swiss, tapi Lou merasa sakit hati dan kecewa pada dirinya sendiri karena tidak mampu mengubah pendapat Will, Lou bersedih dan tidak mau lagi berbicara dengan Will hingga liburan berakhir. Saat bertemu ibu Will, Lou tidak mau diberi bayaran, karena menurutnya dia tidak berhasil melakukan pekerjaannya dengan baik.
Sesampainya di rumah, ayah Lou mengabarkan bahwa Will memberinya pekerjaan membersihkan kastil keluarga Traynor yang sangat besar dan senang akhirnya ayahnya bisa bekerja lagi. Kemudian ayah Lou juga menasihati untuk menghormati dan memaafkan apapun keputusan Will, karena itulah yang terbaik baginya. Maka Lou pun berangkat ke Swiss untuk menemui Will terakhir kalinya. Beberapa minggu kemudian, Lou ada di Paris membaca surat wasiat dari Will, yang berisi ucapan perpisahan dan memintanya untuk menerima sejumlah besar uang warisan Will untuk memulai awal yang baru, melanjutkan pendidikannya dan hidup dengan kebebasan dan kebahagiaan.(bn)
Louisa Clark, sebelum bertemu dengan Will Traynor, adalah seorang wanita yang ceria dan sedikit cerewet dengan selera berbusana yang unik, dia mengkoleksi sepatu bercorak warna-warni dan ingin sekali memiliki legging warna kuning hitam lebah seperti yang dulu dimilikinya saat masih kecil. Lou diberhentikan dari pekerjaannya di sebuah cafe dan harus mencari pekerjaan baru untuk membantu menghidupi ayah, ibu dan kakeknya. Ayahnya sulit mendapatkan pekerjaan, sedangkan keluarganya sangat membutuhkan uang. Lou memiliki Patrick yang telah bersamanya selama tujuh tahun, namun kekasihnya itu adalah orang yang mendedikasikan perhatiannya untuk pekerjaannya, sehingga Lou kadang diabaikan. Lou mendapatkan pekerjaan sebagai pengasuh Will Traynor di Job Center. Merasa pekerjaan itu cocok untuknya karena tidak membutuhkan keahlian khusus dan bayarannya juga cukup besar.
Awalnya Will tidak menyukai ada pengasuh di dekatnya, apalagi yang cerewet seperti Lou, maka Will sering mengusir Lou dari kamarnya. Lou jadi tidak punya sesuatu yang bisa dilakukan, dan hari-harinya di rumah Will seperti di neraka, tapi dia tidak punya pilihan lain, keluarganya benar-benar sedang kesulitan uang. Suatu hari, tanpa sengaja Lou mendengar orang tua Will bertengkar mengenai keputusan anaknya untuk pergi ke Swiss dan melakukan euthanasia, yaitu suatu keputusan yang dilakukan penderita penyakit tertentu untuk membunuh dirinya sendiri tanpa rasa sakit. Hal tersebut dilakukan Will bukan tanpa alasan, kelumpuhannya yang menyerang tulang belakang benar-benar tidak dapat disembuhkan, walaupun Will sudah menjalani terapi dan latihan, tetap saja tidak akan ada kemajuan, karena belum ada teknologi yang mampu menyembuhkannya. Jika tidak memilih euthanasia, Will akan menghabiskan hidupnya hanya dengan duduk atau berbaring, tanpa bisa menggerakkan tangan dan kakinya. Karena Will menyadari bahwa hingga akhir hidupnya, dia akan terus kesakitan dan menderita.
Setelah berkonsultasi dengan adiknya, Lou memilih untuk bertahan pada pekerjaannya dan membantu Will menjalani hari-hari di akhir hidupnya dengan bahagia, malah Lou sangat berharap dia dapat merubah keputusan Will untuk mengakhiri hidup. Sedikit demi sedikit, Will mulai menyukai Lou dan bahagia karena ada Lou di dekatnya. Kemudian Lou mengajak Will dan perawatnya yang bernama Nathan, untuk pergi berlibur ke Mauritius. Patrick tidak menyukai ide ini, dan keduanya pun memilih untuk mengistirahatkan hubungan mereka sejenak. Sementara itu di Mauritius, Will dan Lou memang memiliki hubungan yang romantis, tapi hal tersebut tidak merubah keputusan Will untuk melakukan euthanasia, karena menurut Will dia bukanlah pria yang sempurna dan tidak mampu memberikan apapun bagi Lou, entah kepuasan jiwa maupun raga. Will meminta Lou untuk tetap menemaninya hingga ke Swiss, tapi Lou merasa sakit hati dan kecewa pada dirinya sendiri karena tidak mampu mengubah pendapat Will, Lou bersedih dan tidak mau lagi berbicara dengan Will hingga liburan berakhir. Saat bertemu ibu Will, Lou tidak mau diberi bayaran, karena menurutnya dia tidak berhasil melakukan pekerjaannya dengan baik.
Sesampainya di rumah, ayah Lou mengabarkan bahwa Will memberinya pekerjaan membersihkan kastil keluarga Traynor yang sangat besar dan senang akhirnya ayahnya bisa bekerja lagi. Kemudian ayah Lou juga menasihati untuk menghormati dan memaafkan apapun keputusan Will, karena itulah yang terbaik baginya. Maka Lou pun berangkat ke Swiss untuk menemui Will terakhir kalinya. Beberapa minggu kemudian, Lou ada di Paris membaca surat wasiat dari Will, yang berisi ucapan perpisahan dan memintanya untuk menerima sejumlah besar uang warisan Will untuk memulai awal yang baru, melanjutkan pendidikannya dan hidup dengan kebebasan dan kebahagiaan.(bn)
Genre : Drama
Tanggal Rilis Perdana : 23 Mei 2016
Studio : Warner Bros. Pictures
Sutradara : Thea Sharrock
Produser : Karen Rosenfelt, Alison Owen
Penulis Naskah : Jojo Moyes
Pemain :
Emilia Clarke sebagai Louisa Clark
Sam Claflin sebagai William Traynor
Matthew Lewis sebagai Patrick
Steve Peacocke sebagai Nathan
Brendan Coyle sebagai Ayah Lou
Janet McTeer sebagai Ibu Will
Anggaran : $20 juta
Pendapatan Box Office : $200.6 juta
Tanggal Rilis Perdana : 23 Mei 2016
Studio : Warner Bros. Pictures
Sutradara : Thea Sharrock
Produser : Karen Rosenfelt, Alison Owen
Penulis Naskah : Jojo Moyes
Pemain :
Emilia Clarke sebagai Louisa Clark
Sam Claflin sebagai William Traynor
Matthew Lewis sebagai Patrick
Steve Peacocke sebagai Nathan
Brendan Coyle sebagai Ayah Lou
Janet McTeer sebagai Ibu Will
Anggaran : $20 juta
Pendapatan Box Office : $200.6 juta
No comments:
Post a Comment